Indonesia Gagal Lagi di AFF, Kutukan “Local Pride”?

0
Indonesia Gagal Lagi di AFF, Kutukan "Local Pride"?

Indonesia Gagal Timnas Indonesia U-22 gagal melaju ke partai semifinal. Kekalahan ini semakin membuat banyak orang percaya akan adanya kutukan ‘lokal pride’. Apa itu kutukan Local Pride yang menghantui Timnas Indonesia IDCJOKER?

Pengertian Local Pride

Local Pride digunakan untuk mengungkapkan kebanggaan akan produk lokal. Dalam dunia sepak bola, Local Pride sering digunakan penggemar sepak bola untuk mendukung pemain asli atau lokal. 

Seperti halnya kita orang Indonesia yang harus berbangga dengan buah tangan atau hasil karya asli Indonesia. Karena banyak produk lokal yang kualitasnya tidak kalah baik dari produk impor.

Tidak hanya dikalangan penggemar, kata-kata local pride itu juga digunakan staff Timnas. Markus Horison yang menjadi pelatih kiper timnas Indonesia U-16 tengah menjadi sorotan setelah dirinya menyebutkan local pride saat Indonesia memenangkan Piala AFF U-16 pada tahun 2022. 

Local pride sendiri tengah ramai dibicarakan di Tim Senior, karena saat ini timnas Indonesia banyak menggunakan pemain Naturalisasi.

Meskipun begitu, bagaimanapun juga para pemain naturalisasi secara resmi merupakan WNI yang sah. Sehingga mereka berhak diperlakukan secara sama.

Kutukan local pride yang menghantui Timnas

Beberapa suporter Timnas Indonesia seringkali terlalu membanggakan pemain lokal. Sehingga mereka sedikit protes atas pemilihan pemain senior yang disiapkan untuk Piala Dunia oleh pelatih Shin Tae Young.

Sehingga untuk kali ini, di Piala AFF 2024 Shin Tae Young mempercayakan para pemain Liga 1 yang berusia U-22 untuk ikut serta dan tidak menggunakan skuad utama yang dimiliki.

Timnas Indonesia menjadi pemain termuda di ajang Piala AFF 2024. Vietnam, Malaysia dan Filipina  bahkan menurunkan pemain utama mereka.

Dengan begitu, hal ini diperuntungkan agar para pemain muda memiliki pengalaman dan waktu bermain yang cukup agar mereka semakin bersinar dan memiliki performa yang baik. Rafael Struick juga ikut diturunkan untuk menambah daya serang. Hingga menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pemain naturalisasi.

Sayangnya kutukan Local pride sedikit bekerja, Timnas Indonesia gagal lolos ke semifinal. Bahkan hanya bisa menang sekali dari empat pertandingan.

Hal ini tentu saja makin memperlihatkan kualitas pemain lokal yang masih belum begitu bersinar. Maka dari itu, regenerasi harus dilakukan sedini mungkin agar para pemain lokal bisa menjadi lebih baik lagi. Dan Timnas Indonesia bisa bermain dengan gemilang tanpa harus takut akan mitos kutukan local pride yang menghantui.

Kutukan atau hanya kebetulan

Walaupun banyak sekali bukti akan kutukan tersebut, salah satu pelatih Indonesia Indra Sjafri berhasil mematahkan kutukan tersebut. Indra Sjafri sendiri sering sekali disebut pelatih lokal pride.

Namun nyatanya, Indra Sjafri telah memenangkan tiga piala AFF kelompok usia. Bahkan sang pelatih memiliki banyak penghargaan yang banyak bersama dengan Garuda Muda. 

Jadi bisa disimpulkan, kutukan local pride itu tidak benar adanya. Kutukan tersebut hanyalah kebetulan belaka.

Menjadi juara bisa didapatkan dengan kerja keras dari seluruh pemain dan pendukung lainnya. Kekompakan dan performa pemain tentu juga menjadi salah satu bagian yang penting dari sebuah kemenangan.

Masih banyak lagi hal yang bisa menentukan kemenangan Timnas di kemudian hari, dimulai dengan regenerasi pemain yang harus dilakukan dengan baik sejak usia muda. Memperbaiki Liga lokal dan memberantas mafia mafia sepak bola.

Dengan itu, Timnas Indonesia tidak perlu lagi takut akan kutukan dan mitos lokal pride yang sejak lama menghantui para pemain dan pelatih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *